Minggu, 10 Mei 2015

ARTIKEL Masalah Tanaman Cabe yang Berpengaruh Dalam Perekonomian di Indonesia



ARTIKEL
Masalah Tanaman Cabe yang Berpengaruh
Dalam Perekonomian di Indonesia


Disusun:

Zeinal Arifin
(1425010027)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2014


Ø  Latar belakang.

Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni pertanian tanaman perkebunan (keras) dan pertanian tanaman pangan (palawija). Banyak produk nasional yang berasal dari pertanian, menjadi bukti bahwa sektor pertanian mempunyai peranan penting. Perkembangan sector pertanian khususnya pertanian tanaman pangan, memiliki kaitan erat dengan masalah ketahanan pangan negara. Beras yang tergolong ke dalam pertanian tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS 2002, bidang pertanian menyediakan lapangan pekerjaan bagi 44,3% penduduk Indonesia dan menyumbang sekitar 17,3 % dari total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

Umumnya petani di Indonesia merupakan petani subsistensi, yakni mereka yang mengolah sawah atau tanah mereka untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya sendiri. Keberadaan petani dan lahan bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Jika baik dan bernilai positif di satu sisi maka berlaku pula untuk sisi yang lain, begitu juga sebaliknya. Sampai saat ini, di Indonesia, lahan dan petani menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai. Secara spasial, permasalahan lahan terjadi di semua tempat, baik di pedesaan pulau jawa maupun luar pulau jawa.

Pada masa globalisasi ini masyarakat berkembang semakin maju. Masyarakat awalnya bekerja hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok yakni, pangan serta sandang dan papan. Semakin berkembangnya masyarakat akibat dari pembangunan, maka masyarakat bekerja bukan hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok, tetapi juga kebutuhan yang lainnya yang cukup penting seperti kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Semakin banyaknya kebutuhan masyarakat juga mempengaruhi kehidupan petani, sehingga bekerja bagi petani bukan hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok sandang serta pangan dan papan saja tetapi juga kebutuhan lainnya. Ketika pendapatan dari hasil pengolahan lahan miliknya tidak mencukupi, maka petani akan melakukan berbagai usaha lain dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.


Ø  Permasalahan yang terjadi pada Budidaya Cabai
Selain masalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai, terdapat penyebab lain yang menyebabkan gagal panen adalah kondisi cuaca musim penghujan, yang memang tidak ramah terhadap komoditas cabai. Kegagalan petani tradisional, kebanyakan disebabkan oleh rendahnya kualitas benih. Biasanya mereka menggunakan benih buatan sendiri, yang mutunya tidak sebaik benih impor. Faktor lain yang menyebabkan kegagalan petani tradisional adalah, kecilnya tingkat modal. Rata-rata petani tradisional hanya mengeluarkan modal di bawah Rp 5.000.000,- per hektar untuk satu musim tanam. Hingga input pupuk serta pestisida yang mereka berikan ke tanaman juga sangat kecil. Tingkat kegagalan budidaya cabai pada musim penghujan yang tinggi ini, jelas akan memicu tingginya harga cabai pada musim penghujan pula. Hingga rata-rata harga cabai antara bulan Desember sampai dengan Maret akan selalu lebih tinggi dibanding harga rata-rata antara bulan Juli sampai dengan Oktober. Itulah sebabnya apabila budidaya cabai pada musim penghujan mampu menghasilkan produksi normal, maka keuntungan yang akan diraih petani, lebih tinggi daripada budidaya pada musim kemarau. Hal ini lebih sering disebut harga yang berfluktuatif yang dipengaruhi musim. Permasalahan – permasalahan diatas ini adalah permasalahan yang kerap kali terjadi pada praktek usaha tani yang ada di masyarakat. Untuk itu perlu diadakan kegiatan pemberdayaan untuk petani – petani kecil guna meningkatkan minat petani dan kemampuan petani dalam usaha agribisnis tanaman hortikultura cabai yang berakibat akan meningkatnya kesejahterahan petani. Selain itu meningkatkan potensi cabai dalam prospek usaha agribisnis.


Ø  Prospek Tanaman Cabai
Cabe benar benar merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya. Tak heran bila volume peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar rakyat, pasar swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang sehari harinya membutuhkan cabe dalam jumlah yang tidak sedikit. Cabe merah termasuk dalam golongan enam besar dari komoditas sayuran yang dieksport Indonesia, selain bawang merah, tomat. Kentang, kubis dan kol bunga. Meskipun telah mengekspor cabe merah segar, sampai saat ini kebutuhan cabai secara nasional masih belum dapat terpenuhi, hal ini disebabkan kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun, untuk menutupi kekurangan tersebut kita mengimport dari China. Agribisnis Cabe adalah usaha yang sangat menguntungkan apabila diusahakan di Pulau Batam, bahkan dalam analisa penulis sendiri tingkat ROI ( Return of Investment ) atau pengembalian modalnya adalah sekitar 299%, dengan B/C ( Benefit Cost Ratio ) 3.99, sebuah analisa yang sangat layak untuk dikembangkan menjadi usaha yang nyata. Dan selanjutnya tentu saja, untuk mencapai sukses agribisnis cabe, tekhnologinya perlu dikuasai, dengan demikian tidak ada investor yang merasa dirugikan dengan mempunyai tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman. Masuknya cabe impor ke dikhawatirkan di Indonesia pasaran cabe lokal dan ini sangat merugikan pedagang cabai lokal maupun para petani. Langkah yang dilakukan oleh para petani juga pedagang mengatasi rendahnya cabai merah belum ada solusinya karena cabai merah tidak tahan lama, kurang dari sepekan kualitas sudah berubah menunggu dua pekan membusuk paling dimanfaatkan oleh pedagang bumbu sebagai bahan cabai merah kering. Harga cabai merah sebelumnya sempat dikeluhkan oelh konsumen karena para pedagang menjual dengan harga sekitar Rp 65 ribu-Rp 70 ribu per kg bahkan sampai Rp. 100 ribu. Kenaikan harga cabai merah itu disebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Untuk pasar-pasar tradisional Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton, dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya berasal dari Brebes. Dalam usaha tani komoditi cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di atas biaya produksi. Komoditi cabai merah selain harga juga menjanjikan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Pemasaran cabai dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering, bubuk sebagai bahan dasar industri maupun dalam bentuk pasta cabe. Meskipun harga pasar cabai sering berfluktuasi cukup tajam, namun hal ini tidak menurunkan minat petani dan pengusaha untuk membudidayakannya. Sentra produksi cabai di Indonesia adalah pulau Jawa, dan mulai dikembangkan di daerah di luar pulau Jawa. Usaha ini terbukti dapat menjadi alternatif bagi pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani setempat di satu sisi dan masuknya modal/investasi dari daerah lain. Dalam skala makro bisnis ini juga menyumbang devisa yang cukup besar bagi negara dan pendapatan bagi pemerintah setempat, di samping terbukanya peluang kerja baru bagi masyarakat di daerah, menunjang pengembangan agribisnis serta melestarikan sumberdaya alam


Kesimpulan dan Saran

·         Seharusnya benih buatan sendiri kualitasnya di perbaiki supaya tidak selalu impor yang benihnya lebih bagus dan benih buatan sendiri pasti lebih murah dibandingkan impor dan hasil ekonomi di Indonesia bias naik dengan baik.
·         Untuk mengecilkan kegagalan panen seharusnya penanaman cabai itu dilakukan pada musim dingin karena pada musim penghujan produksi bisa maksimal dengan itu cabai bias sampai ekspor ke luar dan ekonomi akan bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar