TUGAS
PENDIDIKAN PANCASILA
“KEBUDAYAAN
DAERAH JAWA TENGAH BERKAITAN DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA”
Disusun
:
1.
Satrio
Dwi Prabowo (1425010001)
2.
Ramadhan
Wahyu.D (1425010006)
3.
Zeinal
Arifin (1425010027)
4.
Fahmi
Furqoni (1425010013)
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UPN “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2014
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... 3
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 4
1.1
Latar
belakang........................................................................................................... 4
1.2
Rumusan
masalah..................................................................................................... 5
1.3
Tujuan
penulisan....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
2.1
Budaya Pesta Lomban di Jawa Tengah.................................................................... 6
2.2
Nilai-nilai Pancasila yang Terkandung....................................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 13
3.1
Kesimpulan............................................................................................................... 13
3.2 Saran......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulisan panjatkan
kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulisan tentang kebudayaan “JAWA TENGAH” yang berkaitan dengan nilai-nilai
pancasila, alhamdulillah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca, penulis harapkan demi kebaikan dan penyemrpurnaan penyusunan makalah
ini. Namun penulis selalu berharap agar makalah ini mempunyai manfaat bagi
penulis maupun orang lain.
Surabaya, 09 September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan secara entimologi
berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau
mengerjakan
atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat,bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana
jugabudaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut
Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan
budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun,
beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang
mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Budaya Pesta Lomban di Jawa Tengah?
2. Nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam Budaya Pesta Lomban?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam suatu budaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Budaya Pesta Lomban di Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah
sebuah provinsi Indonesia yang
terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa
Barat di sebelah barat, Samudra
Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di
sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur,
dan Laut Jawa di sebelah utara.
Pesta Lomban atau dikenal juga dengan nama oleh
masyarakat setempat sebagai Bakda
kupat dan Bakda lomban adalah pesta masyarakat nelayan di
wilayah Kabupaten Jepara dalam bentuk sedekah laut. Namun kini sudah menjadi
milik keseluruhan masyarakat Jepara, bukan nelayan saja. Pesta ini merupakan
puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal
atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri yang dirayakan di banyak daerah di
Jawa Tengah.Pusat perayaan ini berada di Pantai Kartini, Jepara, namun bisa
juga disaksikan di Ujung Gelam, Pantai Koin, Karimunjawa, serta beberapa tempat
yang di tentukan sebelumnya.
Nama bakda kupat diperoleh dari
kebiasaan meramaikan acara ini dengan memasak kupat dan lepet. Kebiasaan ini
sebenarnya ditemukan pula di Pekalongan dengan tradisi membuat lopis raksasa.
·
Etimologi
Istilah Lomban oleh sebagian
masyarakat Jepara disebutkan dari kata “Lomba-lomba” yang berarti masyarakat
nelayan masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba-lomba laut yang seperti
sekarang masih dilaksanakan setiap pesta Lomban, namun ada sebagian mengatakan
bahwa kata-kata lomban berasal dari kata “Lelumban” atau brsenang-senang.
Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan
bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh.
·
Kegiatan
Bunyi petasan yang memekakkan
telinga dan peluncuran “Peluru” kupat dan lepet dari satu perahu ke perahu yang
lain. Saat “Perang Teluk” berlangsung dimeriahkan dengan gamelan Kebogiro.
Seusai pertempuran para peserta Pesta Lombang bersama-sama mendarat ke Pulau
Kelor untuk makan bekalnya masing-masing. Di samping makan bekalnya situasi di
Pulau Kelor tersebut ramai oleh para pedagang yang juga menjual makanan dan
minuman serta barang-barang kebutuhan lainnya. Selain pesta-pesta tersebut, para
nelayan peserta Pesta Lomban tak lupa lebih dahulu berziarah ke makam Encik
Lanang yang dimakamkan di Pulau Kelor (pulau kelor sekarang sudah bergabung
dengan daratan pulau Jawwa yang kini pulau tersebut menjadi kawasan wisata Pantai
Kartini). Sebelum sore hari Pesta Lomban berakhir penonton dan peserta
pulang ke rumah masing-masing.
Pesta Lomban masa kini telah
dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya
sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ini nampak partisipasinya yang
besar masyarakat Jepara menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum
Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta
lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan
pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.
Pada saat pesta Lomban berlansung
semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya
berbondong-bondong ke Pantai Kartini. Pesta Lombang berlangsung sejak jam 06.00
pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Ujungbatu. Upacara ini dipimpin oleh
pemuka agama desa Ujungbatu dan dihadiri oleh Bapak Bupati
Jepara dan para pejabat Kabupaten lainnya. Setelah dilepas dengan do’a sesaji
berupa kepala kerbau ini di”LARUNG” ke tengah lautan, pelarungan sesaji ini
dipimpin oleh Bupati Jepara.
· Susunan Acara
Susunan acara dalam pesta lomban, yaitu:
Ø Pada H+6 Lebaran
1.
Pukul 15.00 WIB ziarah ke makam Cik Lanang dan Mbah Ronggo
Ø Pada H+7 Lebaran
Pesta
Lomban dimulai sejak pukul 06.00 WIB dengan upacara Pelepasan Sesaji ke pantai.
Dalam sesi ini, ritual dipimpin oleh pemuka agama. Sesaji yang dilarung
berupa kepala kerbau, kaki, kulit, dan jeroannya dibungkus dengan kain putih.
Sesaji lainnya berisi sepasang kupat dan lepet, bubur merah putih, jajan pasar,
arang-arang kambong (beras digoreng), nasi yang diatasnya ditutupi ikan, jajan
pasar, ayam dekeman dan kembang boreh (setaman). Semua sesaji tersebut
diletakkan dalam sebuah ancak kemudian dilepas atau dilarung ke tengah lautan
dengan doa sesaji.
Di
tengah laut setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan
air dari sesaji itu kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal
tersebut akan mendapatkan banyak berkah saat mencari ikan nantinya. Ketika
berebut sesaji juga akan dimeriahkan dengan tradisi perang ketupat dimana
antarperahu saling melempar ketupat. Pesta Lomban dimeriahkan pula dengan
tarian tradisional gambyong, langen beken, dan pertunjukan seni dan budaya
Karimunjawa lainnya.
Untuk
menyaksikan acara menarik ini, Anda dapat mengunjungi Ujung Gelam, Pantai Koin,
Karimunjawa, serta beberapa tempat yang di tentukan sebelumnya. Acara ini
digelar setiap hari ke-7 setelah Idul Fitri oleh masyarakat Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.
Lomban
merupakan acara pesta tahunan masyarakat Karimunjawa yang amat sayang untuk
dilewatkan. Masyarakat sekitar sangat antusias saat menyaksikan lomba perahu
dayung, panjat pinang, tarik tambang, dan lainnya. Ada juga penyembelihan
kambing untuk di masak dan di makan bersama-sama. Di dalam tradisi pesta lomban
juga mengandung nilai-nilai edukatif (pendididkan). Adapun nilai-nilai pendidikan
dari tradisi pesta lomban yaitu: nilai ketuhanan, nilai silaturahmi dan
kekeluargaan, nilai kegotong-royongan, nilai rekreasi, dan menjaga keseimbangan
dengan alam. Masyarakat dapat melestarikan budaya dari daerahnya sendiri atau
menjaga tradisi ini daerahnya agar tidak punah, sehingga nilai-nilai pendidikan
yang terdapat di dalamnya dapat disosialisakan melalui tradisi tersebut.
Maksud
dari upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada
Allah, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan
selama setahun dan berharap pula berkah dan hidayahnya untuk masa depan.Tradisi
pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat
Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala
kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu
sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke
perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. Sementara sesaji
dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara”
untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan
lepet tersebut.
Selanjutnya
dengan disaksikan ribuan pengunjung Pesta Lomban acara “Perang Teluk”
berlangsung ribuan kupat, lepet, kolang kaling telur-telur busuk berhamburan
mengenai sasaran dari perahu ke perahu yang lain. “Perang Teluk” usai setelah
Bupati Jepara beserta rombongan seusai melarung sesaji kepala kerbau merapat ke
Pantai Kartini dan mendarat di dermaga guna beistirahat dan makan bekal yang
telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pesta lomban dihibur dengan
tarian tradisional Gambyong dan Langen Beken dan lain sebagainya.
Puncak
keramaian sendiri berlangsung di Pantai Kartini yang sekarang lebih dikenal
dengan sebuta Taman Rekreasi Pantai Kartini, yang mampu menyedot pengunjung
lebih dari 40.000 orang wisatawan. Di sini pula berlangsung berbagai macam
lomba masyarakat nelayan Jepara, seperti : lomba dayung, lomba perahu hias,
lorotan di atas air, dan aneka lomba lainnya.
2.2.
Nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam Budaya Pesta Lomban
Dari upacara pelarungan ini
adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah, yang melimpahkan rizki
dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap
pula berkah dan hidayahnya untuk masa depan.
Tradisi pelarungan kepala kerbau
ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu
sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin
oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh
pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut
diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. Sementara sesaji dilarung ke
tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap
melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut.
Selanjutnya dengan disaksikan
ribuan pengunjung Pesta Lomban acara “Perang Teluk” berlangsung ribuan kupat,
lepet, kolang kaling telur-telur busuk berhamburan mengenai sasaran dari perahu
ke perahu yang lain.
Selajutnya kita dapat memperoleh contoh nilai nilai
dasar pancasila yaitu:
1. Ketuhanan yang maha esa
Dalam sila petama pada pancasila
ini, dapat diambil nilai-nilai dasar tentang ketuhanan.Melalui pesta lomban
yang merupakan prosesi atau tradisi yang dianggap sebagai hari raya ke dua
setelah idul fitri. Ini ditunjukan sebagai gabungan antara rasa syukur terhadap
Allah SWT atas hasil laut yang mereka peroleh. Dan juga merupakan rasa suka
cita setelah hari raya idul fitri. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat
jawa tengah melakukan tradisi “Pesta Lomban” merupakan wujud implementasi
terhadap nilai pancasila khususnya pada sila yang pertama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dalam sila kedua pada pancasila,dapat diambil
nilai-nilai dasar tentang kemanusian. Pesta Lomban mengajak seluruh lapisan
golongan masyarakat di daerah tersebut dapat berpartisipasi dalam acara
tersebut tanpa memandang latar belakang masyarakat. Tentunya hal ini
mencerminkan isi dari pancasila sila ke 2
3. Persatuan Indonesia
Tradisi pesta lomban yang
dilakukan oleh masyarakat jawa tengah tepatnya di kota jepara. Mengajak seluruh
masrakat untuk memperlihatkan kontribusinnya demi kelancaran jalannya prosesi
pesta lomban agar sesuai dengan yang diharapkan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawaratan perwakilan
Tradisi pesta lomban dapat
terlaksana juga karena adanya rasa saling menghormati dari masyrakat kota lain
di sekitar jawa tengah seperti Rembang,Semarang,Tuban memilikki rasa empati
terhadap tradisi pesta lomban jadi di daerah tersebut dapat terlaksana dengan
baik.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Tradisi pesta lomban tersebut
juga mencakup seluruh lapisan masyarakat karena bukan sesaji saja tetapi
masyarakat juga mendapat makanan yang digunakan dalam acara tersebut jadi
seluruh warga masyarakat harus memperoleh bagian seberapa kecilpun bagiannya.
Juga dalam segi doanya pun diatas namakan sebagai rasa suka cita semua
masyarakat agar diberikan rizki yang melimpah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat dipaparkan pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
Pertama, rakyat
Indonesia yang pluralistik merupakan kenyataan, yang harus dilihat sebagai aset
nasional, bukan resiko atau beban. Rakyat adalah potensi nasional harus
diberdayakan, ditingkatkan potensi dan produktivitas fisikal, mental
dan kulturalnya.
Kedua, tanah air
Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan
dari Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya semangat kebhinekaan.
Adalah kewajiban politik dan intelektual kita untuk mentransformasikan
“kebhinekaan” menjadi “ketunggalikaan” dalam identitas dan kesadaran nasional.
Ketiga, diperlukan
penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme, kerjasama
sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan
menghindarkan pola pikir persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme,
namun sebaliknya, perlu secara bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing
dalam tujuan peningkatan kualitas sosial-kultural sebagai bangsa.
Keempat, membangun
kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi
kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa
bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh
dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri
nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu
menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan
global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.
Kelima, yang kita
hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera
ditegakkannya upaya “membentuk” secara tegas identitas nasional dan
kesadaran nasional, maka bangsa ini akan menghadapi kehancuran
3.2 Saran
Kebudayaan
bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam
kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong
keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih
eksis dalam
terpaan zaman.
Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu
menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
wah ternyata budaya jawa tengah bagus juga Thanks ya info nya
BalasHapusTerimah kasih sudah mampir ke blog saya, emng budaya indonesia bagus tak luput dari itu jawa tengah mempunyai budaya yang juga bagus..
BalasHapusklo jawa timur gimana..?
Hapus