Kebijaksanaan pengembangan alat mesin
pertanian khususnya mekanisasi pertanian adalah untuk menunjang kegiatan pra
dan pasca panen dalam rangka meningkatkan produksi pangan. Hal tersebut
dilaksanakan secara selektif antara lain petani sebagai faktor yang dominan dan
faktor sosial ekonomi 1). Kebijaksanaan mekanisasi pertanian juga
tidak dapat terlepas dari kebijaksanaan pembangunan pertanian pada umumnya
yaitu dapat berfungsi untuk meningkatkan pendapatan petani, menyediakan pangan
secara mantap, membantu memperluas kesempatan kerja di pedesaan, turut
mengerahkan pengembangan industri dan perkembangan ekonomi.
Pengembangan alat mesin
pertanian di Indonesia dirasakan masih tersendat-sendat, baik oleh masalah
teknologi maupun oleh masalah sosial ekonomi masyarakat yang begitu beragam.
Walaupun begitu, dilihat dari potensi produksi pertaniannya dan usaha untuk
menjadikan pertanian berorientasi farming business, peluang untuk
meningkatkan pemasyarakatan alat mesin pertanian di Indonesia masih
terbuka lebar. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain adalah dengan melakukan pewilayahan mekanisasi pertanian selektif
dengan maksud agar introduksi mekanisasi pertanian dapat mencapai sasaran yang
diinginkan.
Konsep pewilayahan
mekanisasi secara selektif dengan empat wilayah pembagian telah lama dipakai
sebagai acuan bagi pengembangan mekanisasi di Indonesia. Dalam hal ini wilayah
pengembangan dibagi menjadi 4 tipe : (1). tipe I- A untuk wilayah lancar, (2).
tipe I-B untuk wilayah siap, (3). tipe II untuk wilayah setengah siap, yaitu
wilayah yang secara teknis dan sosial layak tetapi secara ekonomi tidak , dan
(3). tipe III untuk wilayah terbatas, yaitu wilayah yang secara ekonomi dan
sosial tidak layak untuk pengembangan alat mesin pertanian.
Namun, masih banyak
dijumpai kendala-kendala di lapangan terutama berkaitan dengan aspek sosial ekonomi
budaya yang memang sangat bervariasi di tiap wilayah. Sehingga diperlukan
konsep kesesuaian wilayah yang lebih baik untuk mengoptimalkan pengembangan
mekanisasi dengan memasukkan parameter -parameter yang baru dan mendesain suatu
alat bantu pengambil keputusan untuk memberikan informasi yang cepat dan
terintegrasi.
Masalah tersebut
memberikan peluang kepada sebuah sistem terpadu yang menggabungkan data-data
bersifat spatial dan non spatial dalam bentuk Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang dapat memberikan informasi kesesuaian wilayah penerapan
mekanisasi secara terintegrasi. Alat bantu ini dapat dibuat dengan memanfaatkan
teknologi komputer. Dengan menggunakan teknologi SIG ini, maka informasi yang
ditampilkan akan lebih baik, karena menggunakan data bersifat spatial
(geografis) . Kelebihan lain adalah kemudahan untuk memperbaharui (up-dating)
hasil kesesuaian wilayah penembangan mekanisasi, karena format data dalam
bentuk digital.
Sistem Informasi
Geografik (SIG) didefinisikan sebagai suatu sistem yang dirancang untuk
membantu pengumpulan data, pengolahan data, analisis modelling data,
serta penyajian data spatial/graphic dan data attribute/textual
atau deskripsi . Kedua jenis data tersebut disimpan dalam suatu
sistem dinamakan basis data SIG, sistem basis data ini merupakan komponen utama
yang harus tersedia. SIG adalah perangkat terintegrasi, berfungsi untuk
membantu mempercepat proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang
melibatkan pengintegrasian data keruangan serta deskripsinya dalam lingkup
penyelesaian suatu masalah, sebagai contoh proses koordinasi kegiatan
perencanaan, serta penataan pengelolaan suatu kawasan lahan peruntukan Secara
garis besar, SIG adalah sistem yang mampu untuk menyusun, menyimpan
memanipulasi dan
menampilkan informasi yang merujuk kepada geografis suatu wilayah. SIG ini akan
mengadopsi teknik pengolahan data secara manual. Teknik pengolahan data
tersebut kemudian dibuat logika komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman
yang terdapat dalam fasilitas perangkat lunak SIG. Dengan menggunakan perangkat
lunak SIG data-data yang bersifat spatial/graphic akan digabungkan
dengan data-data attribute kemudian diolah bersama-sama dan menghasilkan
keluaran berupa sajian spasial geografis suatu wilayah yang dilengkapi legend
sebagai deskripsinya.
Ari Sufyandi7),
mengemukakan perlunya parameter-parameter baru untuk menyusun sebuah konsep
kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi pertanian yang selektif terhadap
keadaan geografis, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan suatu wilayah.
Berdasarkan pengkajian di lapangan, disusun parameter-parameter yang dianggap
paling berpengaruh terhadap proses intorduksi mekanisasi pertanian.
Parameter-parameter tersebut meliputi aspek fisio-topografi (terdiri dari ;
kemiringan lahan, topografi, luas baku sawah luas panen), demografi (terdiri
dari ; jumlah keluarga tani, jumlah buruh tani, tingkat pendidikan), informasi
(terdiri dari ; jumlah media massa, jumlah lembaga tani, jumlah kontak tani),
dinamika sosial, dan sarana pendukung (terdiri dari ; jumlah bengkel baik logam
atau automotif, penyalur suku cadang dan distributor alsin pertanian).
Aplikasi konsep
kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi dengan menggunakan SIG memerlukan suatu
sistem basis data spatial (struktur topologikal) dan basis data non spasial
/ attribute. Kemudian SIG juga memerlukan basis model dan
perangkat lunak. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan basis data
adalah kemampuan interaktif antar jenis data, dimana fungsi penelusuran data
atribut dapat mengetahui posisi data spatial dan sebaliknya.
. Ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam
perancangan SIG untuk kesesuaian
wilayah penerapan mekanisasi pertanian di Jawa Barat
ini yaitu : (1). pengumpulan data, (2). pemasukan data attribute, (3).
pemasukan data spatial/grafis (4). analisis dan penyajian data.
Aktivitas dari masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
Data
•
Mengumpulkan data sekunder dari
sumber-sumber seperti BPS, BAPPEDA, DEPPEN Prop. Jawa Barat.
•
Mengumpulkan data spasial sekunder yaitu
peta landuse Propinsi Jawa Barat
•
Mengumpulkan data spasial primer yaitu
data citra satelit untuk koreksi peta landuse
2. Pemasukan
data grafis
•
Melakukan digitasi dan updating data
geografis dari wilayah Propinsi Jawa Barat.
•
Menyusun Topological Data Stucture
(penyusunan data menurut topologi).
3. Pemasukan
data Attribute
Data-data attribute yang akan dimasukkan
adalah variabel-variabel yang termasuk ke dalam aspek fisio-topografi,
demografi, informasi, dinamika sosial dan sarana pendukung yang terdiri dari : (1)
Kemiringan lahan/
topografi, (2) Luas baku sawah, (3) Luas panen, (4)
Jumlah keluarga tani,
(5). Jumlah buruh tani, (6). Tingkat pendidikan,
(7). Jumlah penduduk pengguna media, (8). Jumlah lembaga tani + jumlah kontak
tani, (9). Jumlah Desa Swakarya + Desa Swasembada, dan (10). Jumlah bengkel
(logam, automotif). Data attribute ini dimasukkan dalam kelas unsur layer
yaitu landuse Jawa Barat untuk unsur lahan pertanian (sawah).
4. Analisis dan Penyajian Data
Analisis dilakukan berdasarkan kepada indikator yang
mempengaruhi penerapan mekanisasi pertanian.
Aplikasi SIG dalam kesesuaian wilayah
penerapan mekanisasi pertanian dalam perancangannya membutuhkan entity relationship
diagram (E- R) untuk menghindari terjadinya duplikasi data dalam
menyusun sistem database di dalam SIG. Dalam rencana penerapan kesesuaian
wilayah mekanisasi pertanian ini dipakai beberapa ‘entity’ yang terdiri dari
(1) Petani dengan atributnya keluarga tani dan buruh tani, (2) Kabupaten dengan
atribut luas wilayah, luas lahan pertanian, dan topografi,
(3) Media Masa dengan atribut majalah, surat kabar,
radio dan televisi, (4) Desa dengan atribut swadaya dan swasembada,
(5)Lembaga
Tani dengan atribut kontak tani,
Sarana Mekanisasi dengan atribut bengkel
dan (7) Penduduk dengan atribut jumlah penduduk dan penduduk tamatan SD ke
atas. Entity dan atribut yang tersebut
Atribut-atribut
tersebut diatas yang akan dijadikan parameter dalam penentuan kelas kesesuaian.
Sebelum memformulasikan model GIS terlebih dahulu menyusun basis data dari
setiap parameter dalam suatu file database yang berstruktur topologi
(topological data structure). Penggambaran lebih jelas tentang diagram alir
pengolahan data dalam GIS dapat dilihat dalam Gambar .
Setelah semua data
masuk dalam sistem manajemen basis data, langkah selanjutnya adalah proses
pengambilan keputusan dengan memakai bantuan sistem informasi geografi (GIS) .
Retrieval data adalah proses ekstraksi data didasarkan pada kriteria yang telah
didefinisikan oleh pengguna.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kepada
perancangan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
menggunakan SIG, proses analisis Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi
Pertanian Tanaman Pangan di Jawa Barat dapat berlangsung lebih cepat dan lebih
akurat. Hal-hal yang dipertimbangkan sangat membantu dalam analisis adalah
sebagai berikut :
•
Dalam proses analisis Kesesuaian Wilayah
Penerapan Mekanisasi, peta-peta tematik dalam bentuk digital (Landuse
dan Administration Boundary) sangat membantu baik dalam kecepatan maupun
dalam keakuratan analisis.Deskripsi dalam bentuk 2 dimensi yang ditampilkan
memiliki kualitas yang lebih baik.
•
Dalam proses Updating Database ,
aplikasi SIG memberikan banyak kemudahan yang berkaitan dengan manajemen
database yang terpadu (Topological Structure Database) sehingga proses
proses pengintegrasian maupun penambahan data dapat dilakukan dengan
sistematis.
•
Hasil kesesuaian wilayah penerapan
mekanisasi pertanian tanaman pangan di Jawa Barat menunjukkan bahwa 50 persen
(10 Kabupaten) masuk dalam katagori Sesuai, sedangkan 50 persen sisanya masuk
dalam katagori Tidak Sesuai.
•
Sifat dari keseauaian wilayah ini tidak
permanen. Untuk tingkat global, jangka waktu revisinya akan lebih lama
dibanding dengan tingkat lokal.
Dari hasil Perancangan SIG untuk
Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan di Jawa Barat
ini dapat diberikan beberapa saran-saran antara lain :
1. Perlunya
penelitian tentang parameter-parameter lain yang mendukung konsep Kesesuaian
Wilayah Penerapan Mekanisasi Pertanian sehingga dapat lebih menjadikan
operasionalisasi konsep ini semakin baik di lapangan.
2. Revisi
kesesuaian perlu dilakukan seiring dengan dinamika perameternya.
Aplikasi SIG untuk
pertanian harus lebih dikembangkan sehingga dapat menjadi sebuah sistem
informasi terpadu pertanian yang dapat membantu pengembangan agrobisinis dan
agroindustri sehingga tujuan pertanian yang berorientasi Farming Bussiness
dapat tercapai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar