Senin, 04 April 2016

APLIKASI SIG UNTUK PENETAPAN KESESUAIAN WILAYAH PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Kebijaksanaan pengembangan alat mesin pertanian khususnya mekanisasi pertanian adalah untuk menunjang kegiatan pra dan pasca panen dalam rangka meningkatkan produksi pangan. Hal tersebut dilaksanakan secara selektif antara lain petani sebagai faktor yang dominan dan faktor sosial ekonomi 1). Kebijaksanaan mekanisasi pertanian juga tidak dapat terlepas dari kebijaksanaan pembangunan pertanian pada umumnya yaitu dapat berfungsi untuk meningkatkan pendapatan petani, menyediakan pangan secara mantap, membantu memperluas kesempatan kerja di pedesaan, turut mengerahkan pengembangan industri dan perkembangan ekonomi.
Pengembangan alat mesin pertanian di Indonesia dirasakan masih tersendat-sendat, baik oleh masalah teknologi maupun oleh masalah sosial ekonomi masyarakat yang begitu beragam. Walaupun begitu, dilihat dari potensi produksi pertaniannya dan usaha untuk menjadikan pertanian berorientasi farming business, peluang untuk meningkatkan pemasyarakatan alat mesin pertanian di Indonesia masih terbuka lebar. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah dengan melakukan pewilayahan mekanisasi pertanian selektif dengan maksud agar introduksi mekanisasi pertanian dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
Konsep pewilayahan mekanisasi secara selektif dengan empat wilayah pembagian telah lama dipakai sebagai acuan bagi pengembangan mekanisasi di Indonesia. Dalam hal ini wilayah pengembangan dibagi menjadi 4 tipe : (1). tipe I- A untuk wilayah lancar, (2). tipe I-B untuk wilayah siap, (3). tipe II untuk wilayah setengah siap, yaitu wilayah yang secara teknis dan sosial layak tetapi secara ekonomi tidak , dan (3). tipe III untuk wilayah terbatas, yaitu wilayah yang secara ekonomi dan sosial tidak layak untuk pengembangan alat mesin pertanian.
Namun, masih banyak dijumpai kendala-kendala di lapangan terutama berkaitan dengan aspek sosial ekonomi budaya yang memang sangat bervariasi di tiap wilayah. Sehingga diperlukan konsep kesesuaian wilayah yang lebih baik untuk mengoptimalkan pengembangan mekanisasi dengan memasukkan parameter -parameter yang baru dan mendesain suatu alat bantu pengambil keputusan untuk memberikan informasi yang cepat dan terintegrasi.

Masalah tersebut memberikan peluang kepada sebuah sistem terpadu yang menggabungkan data-data bersifat spatial dan non spatial dalam bentuk Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat memberikan informasi kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi secara terintegrasi. Alat bantu ini dapat dibuat dengan memanfaatkan teknologi komputer. Dengan menggunakan teknologi SIG ini, maka informasi yang ditampilkan akan lebih baik, karena menggunakan data bersifat spatial (geografis) . Kelebihan lain adalah kemudahan untuk memperbaharui (up-dating) hasil kesesuaian wilayah penembangan mekanisasi, karena format data dalam bentuk digital.
Sistem Informasi Geografik (SIG) didefinisikan sebagai suatu sistem yang dirancang untuk membantu pengumpulan data, pengolahan data, analisis modelling data, serta penyajian data spatial/graphic dan data attribute/textual atau deskripsi . Kedua jenis data tersebut disimpan dalam suatu sistem dinamakan basis data SIG, sistem basis data ini merupakan komponen utama yang harus tersedia. SIG adalah perangkat terintegrasi, berfungsi untuk membantu mempercepat proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang melibatkan pengintegrasian data keruangan serta deskripsinya dalam lingkup penyelesaian suatu masalah, sebagai contoh proses koordinasi kegiatan perencanaan, serta penataan pengelolaan suatu kawasan lahan peruntukan Secara garis besar, SIG adalah sistem yang mampu untuk menyusun, menyimpan
memanipulasi dan menampilkan informasi yang merujuk kepada geografis suatu wilayah. SIG ini akan mengadopsi teknik pengolahan data secara manual. Teknik pengolahan data tersebut kemudian dibuat logika komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman yang terdapat dalam fasilitas perangkat lunak SIG. Dengan menggunakan perangkat lunak SIG data-data yang bersifat spatial/graphic akan digabungkan dengan data-data attribute kemudian diolah bersama-sama dan menghasilkan keluaran berupa sajian spasial geografis suatu wilayah yang dilengkapi legend sebagai deskripsinya.

Ari Sufyandi7), mengemukakan perlunya parameter-parameter baru untuk menyusun sebuah konsep kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi pertanian yang selektif terhadap keadaan geografis, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan suatu wilayah. Berdasarkan pengkajian di lapangan, disusun parameter-parameter yang dianggap paling berpengaruh terhadap proses intorduksi mekanisasi pertanian. Parameter-parameter tersebut meliputi aspek fisio-topografi (terdiri dari ; kemiringan lahan, topografi, luas baku sawah luas panen), demografi (terdiri dari ; jumlah keluarga tani, jumlah buruh tani, tingkat pendidikan), informasi (terdiri dari ; jumlah media massa, jumlah lembaga tani, jumlah kontak tani), dinamika sosial, dan sarana pendukung (terdiri dari ; jumlah bengkel baik logam atau automotif, penyalur suku cadang dan distributor alsin pertanian).

Aplikasi konsep kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi dengan menggunakan SIG memerlukan suatu sistem basis data spatial (struktur topologikal) dan basis data non spasial / attribute. Kemudian SIG juga memerlukan basis model dan perangkat lunak. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan basis data adalah kemampuan interaktif antar jenis data, dimana fungsi penelusuran data atribut dapat mengetahui posisi data spatial dan sebaliknya.
. Ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam perancangan SIG untuk kesesuaian
wilayah penerapan mekanisasi pertanian di Jawa Barat ini yaitu : (1). pengumpulan data, (2). pemasukan data attribute, (3). pemasukan data spatial/grafis (4). analisis dan penyajian data. Aktivitas dari masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

1.       Pengumpulan Data

         Mengumpulkan data sekunder dari sumber-sumber seperti BPS, BAPPEDA, DEPPEN Prop. Jawa Barat.

          Mengumpulkan data spasial sekunder yaitu peta landuse Propinsi Jawa Barat
         Mengumpulkan data spasial primer yaitu data citra satelit untuk koreksi peta landuse
2.       Pemasukan data grafis

          Melakukan digitasi dan updating data geografis dari wilayah Propinsi Jawa Barat.
          Menyusun Topological Data Stucture (penyusunan data menurut topologi).

3.      Pemasukan data Attribute

Data-data attribute yang akan dimasukkan adalah variabel-variabel yang termasuk ke dalam aspek fisio-topografi, demografi, informasi, dinamika sosial dan sarana pendukung yang terdiri dari : (1) Kemiringan lahan/

topografi, (2) Luas baku sawah, (3) Luas panen, (4) Jumlah keluarga tani,

(5). Jumlah buruh tani, (6). Tingkat pendidikan, (7). Jumlah penduduk pengguna media, (8). Jumlah lembaga tani + jumlah kontak tani, (9). Jumlah Desa Swakarya + Desa Swasembada, dan (10). Jumlah bengkel (logam, automotif). Data attribute ini dimasukkan dalam kelas unsur layer yaitu landuse Jawa Barat untuk unsur lahan pertanian (sawah).

4.  Analisis dan Penyajian Data

Analisis dilakukan berdasarkan kepada indikator yang mempengaruhi penerapan mekanisasi pertanian.

Aplikasi SIG dalam kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi pertanian dalam perancangannya membutuhkan entity relationship diagram (E- R) untuk menghindari terjadinya duplikasi data dalam menyusun sistem database di dalam SIG. Dalam rencana penerapan kesesuaian wilayah mekanisasi pertanian ini dipakai beberapa ‘entity’ yang terdiri dari (1) Petani dengan atributnya keluarga tani dan buruh tani, (2) Kabupaten dengan atribut luas wilayah, luas lahan pertanian, dan topografi,

(3) Media Masa dengan atribut majalah, surat kabar, radio dan televisi, (4) Desa dengan atribut swadaya dan swasembada,

(5)Lembaga Tani dengan atribut kontak tani,

Sarana Mekanisasi dengan atribut bengkel dan (7) Penduduk dengan atribut jumlah penduduk dan penduduk tamatan SD ke atas. Entity dan atribut yang tersebut                                        
Atribut-atribut tersebut diatas yang akan dijadikan parameter dalam penentuan kelas kesesuaian. Sebelum memformulasikan model GIS terlebih dahulu menyusun basis data dari setiap parameter dalam suatu file database yang berstruktur topologi (topological data structure). Penggambaran lebih jelas tentang diagram alir pengolahan data dalam GIS dapat dilihat dalam Gambar .

Setelah semua data masuk dalam sistem manajemen basis data, langkah selanjutnya adalah proses pengambilan keputusan dengan memakai bantuan sistem informasi geografi (GIS) . Retrieval data adalah proses ekstraksi data didasarkan pada kriteria yang telah didefinisikan oleh pengguna.










KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kepada perancangan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan SIG, proses analisis Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan di Jawa Barat dapat berlangsung lebih cepat dan lebih akurat. Hal-hal yang dipertimbangkan sangat membantu dalam analisis adalah sebagai berikut :
          Dalam proses analisis Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi, peta-peta tematik dalam bentuk digital (Landuse dan Administration Boundary) sangat membantu baik dalam kecepatan maupun dalam keakuratan analisis.Deskripsi dalam bentuk 2 dimensi yang ditampilkan memiliki kualitas yang lebih baik.

          Dalam proses Updating Database , aplikasi SIG memberikan banyak kemudahan yang berkaitan dengan manajemen database yang terpadu (Topological Structure Database) sehingga proses proses pengintegrasian maupun penambahan data dapat dilakukan dengan sistematis.

          Hasil kesesuaian wilayah penerapan mekanisasi pertanian tanaman pangan di Jawa Barat menunjukkan bahwa 50 persen (10 Kabupaten) masuk dalam katagori Sesuai, sedangkan 50 persen sisanya masuk dalam katagori Tidak Sesuai.

          Sifat dari keseauaian wilayah ini tidak permanen. Untuk tingkat global, jangka waktu revisinya akan lebih lama dibanding dengan tingkat lokal.

Dari hasil Perancangan SIG untuk Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan di Jawa Barat ini dapat diberikan beberapa saran-saran antara lain :

1.       Perlunya penelitian tentang parameter-parameter lain yang mendukung konsep Kesesuaian Wilayah Penerapan Mekanisasi Pertanian sehingga dapat lebih menjadikan operasionalisasi konsep ini semakin baik di lapangan.

2.       Revisi kesesuaian perlu dilakukan seiring dengan dinamika perameternya.

Aplikasi SIG untuk pertanian harus lebih dikembangkan sehingga dapat menjadi sebuah sistem informasi terpadu pertanian yang dapat membantu pengembangan agrobisinis dan agroindustri sehingga tujuan pertanian yang berorientasi Farming Bussiness dapat tercapai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar